Risk-Reward Ratio 1 banding 2 digunakan buat trading saham yang bukan Goldchip

Saya mengenal rasio ini setelah 2 tahun di saham, rasio ini sangatlah penting dipakai dalam trading terutama jika anda mau trading di saham yang fundamentalnya tidak baik atau saham pergerakan ekstrem berdividen kecil.

Kalau anda trading di saham Goldchip maka anda masih bisa pakai metode average down, tapi kalau anda coba-coba average down di saham yang berfundamental tidak baik, bisa-bisa sahamnya turun terus dan tidak naik lagi.

Saya ada soalnya 2 saham yang fundamentalnya tidak baik, saya ngotot tidak mau cutloss dan sekarang berakhir -70%, saya juga tidak yakin dimasa depan dia bisa naik lagi. Makanya kalau anda mau trading di saham berfundamental tidak baik, ya anda wajib cutloss, tidak bisa average down.

.

Apa maksud dari risk-reward ratio?

Pengertian resminya bisa anda lihat di investopedia.

Inside the Risk/Reward Ratio
Tap to Visit
https://www.investopedia.com/terms/r/riskrewardratio.asp

Singkatnya tuh hasil yang anda dapatkan dalam sekali trading harus minimal 2 kali lebih besar dari resikonya.

.

Contoh: anda mau beli saham xyz di harga 1000, supportnya di 950 dan targetnya ke 1100.

Jadi jika sahamnya turun ke 950 maka anda rugi -5%, tapi kalau sahamnya naik ke 1100 maka anda untung +10%.

Inilah yang dinamakan risk-reward ratio 1 banding 2, yakni hasil yang didapatkan dari trading saham itu 2 kali lebih besar dari resikonya.

Jika turun -5% tapi kalau naik +10% < risk-reward ratio 1 : 2, yakni -5% x 2 = 10%

.

Contoh lainnya jika anda taruhan siapa yang menang pertandingan bola.

Misalkan anda taruhan 1 juta, jika tim anda menang maka dapat 1 juta, jika kalah rugi 1 juta.

Secara risk-reward ratio ini berarti 1 banding 1, karena kalau kalah rugi 1 juta dan kalau menang untung 1 juta.

Dalam trading saham tidak boleh risk-reward ratio 1 banding 1 seperti ini.

Dalam trading saham wajib risk-reward ratio minimal 1 banding 2, yang berarti jika kalah rugi 1 juta, tapi jika menang dapat 2 juta.

Bagaimana cara mensetting sehingga dapat risk-reward ratio 1 banding 2 setiap kali trading?

Caranya dengan pakai ilmu teknikal dan mencari support-resistance terbaik, nanti akan saya jelaskan dibawah.

.

Saya tahu konsep ini setelah 2 tahun di saham, dan butuh 1 tahun sampai saya paham maksud konsep ini serta cara penerapannya.

Awalnya saya tahu konsep ini dari video Adam Khoo - trade like a casino. Di video itu dijelaskan bagaimana konsep risk-reward ratio trading saham.

Adam Khoo adalah salah satu orang terkaya di Singapura, dia berprofesi sebagai trader saham dan motivator. Video diatas sangatlah bagus untuk mengetahui konsep risk-reward ratio ini, saya sangat menyarankan anda untuk menonton video diatas.

.

Lalu bagaimana penerapan risk-reward ratio ini?

Saya coba contohkan di saham BMRI untuk trading harian.

Pada tanggal 20 Mei BMRI ditutup di 4070.

Sebelumnya BMRI sempat turun kebawah 4000 tapi sekarang sudah naik lagi menembus resistance 4000, dan sekarang angka 4000 ini menjadi support. Dalam teknikal jika resistance berhasil ditembus maka resistance itu akan menjadi support.

Berarti sekarang kita tahu bahwa 4000 ini adalah support, dan selanjutnya tinggal cari resistance terdekat yang mungkin tercapai.

Setelah saya cari resistance terdekat BMRI ada di 4350, ini berdasarkan resistance gap down yang dulu pernah terjadi.

Berarti support BMRI 4000 dan resistancenya 4350.

Selanjutnya tinggal anda ukur, jika anda beli BMRI di 4070 dan dia naik ke 4350 maka bisa untung berapa persen?

Ternyata bisa potensi untung 7%.

Nah selanjutnya terapkan risk-reward ratio 1 banding 2, yakni untung harus 2 kali lebih besar dari resiko.

Caranya adalah potensi untung 7% dibagi 2 = 3.5%.

Angka 3.5% ini adalah batas minus maksimal menurut risk reward ratio 1 banding 2, artinya jika anda beli BMRI di 4070 dan dia turun -3.5% maka harus cutloss!

Jadi beli BMRI di 4070, dan jika BMRI turun ke 3920 maka itu -3.5%, harus langsung cutloss disitu tidak boleh cutloss dibawahnya lagi.

.

Bagaimana jika BMRI lanjut naik sampai 4500, kan target awalnya cuma 4350?

Kalau keuntungan sudah melebihi target maka anda bisa pakai sistem trailing stop yakni menaikkan supportnya.

Misal rencana awal beli di 4070, take profit di 4350 +7%, dan cutloss 3920 -3.5%.

Trus sahamnya naik ke 4500 jadinya +10% lebih, berarti pasang trailing stop di 4350 yang berarti jika sahamnya turun lagi ke 4350 maka langsung take profit.

Guru teknikal saya mengajarkan begitu, jadi kalau sahamnya sudah naik melebihi target ekspektasi profit, maka pasang saja trailing stop.

Contoh beli saham di harga 1000, target awalnya ke 1100 naik +10%, eh ternyata sahamnya lanjut naik ke 1200 jadi +20%.

Ya sudah segera pasang target, seandainya sahamnya turun lagi ke 1150 maka langsung take profit semua.

Konsepnya sih seperti artikel situs dibawah ini, maaf saya pakai ilustrasi trading bitcoin karena ilustrasinya bagus jadi ya ambil saja ilmunya.

What is a trailing stop/trailing profit?
Tap to Visit
https://help.bybit.com/hc/en-us/articles/360039260514-What-is-a-trailing-stop-trailing-profit-

Ilustrasi diatas hanya contoh aja ya, soalnya dalam praktek saya pakai teknik average down cicil 3 kali kalau berhadapan dengan saham BMRI, jadi tidak pakai rasio risk-reward 1:2 cutloss.

Saya hanya pakai risk-reward 1:2 cutloss untuk saham-saham yang bukan Goldchip.

.

Semoga sampai sini anda mengerti.

Saya berusaha menjelaskan sesederhana mungkin karena risk-reward ratio ini wajib dipakai sebagai landasan utama dalam trading, tanpa tahu ini lebih baik tidak usah trading saham.

Akan saya contohkan satu saham lagi yakni JPFA.

Sebelum trading saham saya biasanya mencari SUPPORT dan RESISTANCE TERDEKAT.

Tidak perlu mencari support dan resistance jauh-jauh, kalau anda trading harian ya fokus saja sama support & resistance terdekat.

Misalkan harga sahamnya sekarang di 1000, ya anda tidak usah pakai supportnya yang ada di 700, itu terlalu jauh, pakai saja support 950 atau 900.

Dalam mencari support dan resistance, saya melihat area upper dan lower shadow saham tersebut, tujuannya untuk melihat area dimana saham ini sering mantul ketika jatuh, atau sering gagal naik dan turun lagi.

Bisa dilihat dari contoh dibawah, ketika harga JPFA turun kebawah 875 dia sering mantul lagi dan membentuk lower shadow, makanya 875 saya jadikan horizontal support line.

Untuk resistance saya lihat angka 935 dulunya bekas menjadi resistance gap, dan setiap JPFA keatas 935 dia sering sekali tidak bisa bertahan dan akhirnya turun lagi, makanya 935 saya jadikan resistance.

Grafik harian JPFA.
Grafik harian JPFA.

.

Pada tanggal 20 Mei, JPFA ditutup di harga 895, selanjutnya saya tinggal ukur kalau JPFA tembus kebawah 875 maka cutloss berapa persen, dan kalau naik ke 935 maka untung berapa persen.

Setelah diukur ternyata risk-reward rationya tidak sampai 1 banding 2, sedangkan untuk trading risk-reward ratio minimal harus 1 banding 2.

Solusinya apa dong?

Apakah menaikkan resistance alias target naiknya jangan cuma ke 935 tapi setting aja ke 950 gitu?

Ya ga bisa gitu! Anda jangan menaikkan resistance!

Kesalahan saya dulu adalah menaikkan resistance, sehingga membuat risk-reward ratio lebih dari 1 banding 2, bahkan bisa 1 banding 3 alias misal cutloss -3% take profit +9%.

.

Guru teknikal saya berkata, "hal yang bisa kita atur sebagai trader saham adalah money management dan seberapa besar kita mau rugi! Cuan adalah nasib dan loss itu pilihan."

Not cut your losses is the mother of all loss, artinya kerugian floating loss yang dibiarkan semakin parah akan membuat kerugian besar.

Guru fundamental saya juga berkata, "Memangnya seberapa hebat lu bisa suruh  bandar naikin sahamnya ke harga yang lu mau?"

.

Makanya disini jadi jelas bahwa NAIK-TURUNNYA harga saham cuma bandar yang tahu!

Apakah saham JPFA bakal naik ke 935 tentunya cuma bandar yang tahu!

Satu-satunya hal yang bisa kita atur adalah seberapa besar kita mau rugi, alias di harga berapa mau cutloss?

Makanya untuk mendapatkan risk-reward ratio 1 banding 2, saya naikkan batas cutlossnya.

Jadi saya tidak nungguin cutloss sampai JPFA ke 865, tapi pas di 875 langsung cutloss, hal ini bisa membuat risk-reward rationya 1 banding 2, yakni cutloss rugi -2.1% dan take profit +4.5%.

Tapi jangan sembarangan naikin support cutloss!

Misal JPFA supportnya di 875 trus awalnya rencana mau cutloss kalau JPFA sudah ke 860, tapi setelah dihitung ternyata risk-reward ratio tidak sampai 1 banding 2.

Ya kalau begitu anda bisa naikkan batas cutloss sampai maksimal ke 875, misal dari awalnya rencana cutloss di 860 bisa dinaikkan jadi cutloss di 865 atau 870.

Tapi anda tidak boleh cutloss diatas support 875, misal untuk bela-belain risk-reward ratio 1 banding 2, anda naikkan cutloss di 880 atau 890, ya itu jelas salah!

Kan JPFA belum turun ke support 875 kok udah cutloss di 880 atau 890, ya itu jelas salah!

Kalau tidak bisa risk-reward ratio 1 banding 2, lebih baik cari saja saham lain.

.

Sebenarnya menurut aturan teknikal, anda baru boleh cutloss kalau supportnya sudah jebol.

Jadi misalkan support JPFA di 875, ya baru boleh cutloss kalau JPFA sudah ditutup dibawah 875 misal ditutup di 870, itu berarti sudah jebol.

Sebisa mungkin ambil titik cutlossnya dibawah support, tidak usah memaksakan diri cutloss tepat di support.

Ilustrasi diatas saya hanya mencontohkan bahwa dari awalnya mau cutloss JPFA di 865 saya naikan jadi cutloss di support 875, sebenarnya bisa saja dinaikan jadi cutloss di 870.

Intinya ini hanya ilustrasi aja, tetaplah utamakan cutloss dibawah support.

.

Mungkin sampai sini anda bertanya, apa gunanya risk-reward ratio 1 banding 2, kok ga boleh 1 banding 1 aja, misal cutloss -3% take profit +3% kok ga boleh?

Adam Khoo berkata, "trader profesional rata-rata win ratenya 60%, kalau win rate diatas 60% itu sudah hebat sekali."

Maksudnya dari 10 kali trading, maka trader profesional bisa menang 6 trading, dan 4 sisanya kalah.

Bagaimana jika kita bukan trader profesional?

Bisa saja dari 10 kali trading cuma menang 5 kali, bahkan menang 4 kali saja.

Makanya disinilah risk-reward ratio sangat bermanfaat!

Dengan risk-reward ratio 1 banding 2 anda hanya menang 4 kali trading saja itu sudah bisa untung!

.

Saya jelaskan dengan ilustrasi dibawah ini.

Anggaplah Total Modal Trading anda 100 juta untuk 10 kali trading.

Setiap kali trading anda hanya mau rugi 300 ribu, jadi cutloss maksimal setiap kali trading adalah 300 ribu. Berarti setiap kali trading anda maksimal lossnya 0.3% dari total modal.

Kalau anda hanya mau rugi 300 ribu setiap kali trading, berarti berapa modal yang anda harus keluarkan dari 100 juta itu untuk setiap kali trading?

Caranya adalah dengan membagi 300 ribu dibagi dengan berapa persen cutlossnya.

Di tabel dibawah ini saya pakai asumsi sederhana setiap kali trading cutloss -3%, dan take profitnya +6% sehingga risk-reward ratio 1 banding 2.

Jadi maksimum rugi 300 ribu saya bagi dengan -3% cutloss, hasilnya setiap kali trading pakai modal 10 juta.

Bisa anda lihat diatas, biarpun trading 1 sampai 6 rugi beruntun minus 300 rb, tapi jika trading ke 7 sampai 10 berhasil take profit +6% hasilnya tetap untung juga kan.

Ini membuktikan bahwa walaupun dalam 10 kali trading cuma bisa menang 4 kali, tapi dengan risk-reward ratio 1 banding 2, hasilnya anda bisa tetap untung!

Lalu bagaimana jika anda hanya bisa menang 3 kali saja dari 10 kali trading.

Pada akhirnya anda akan rugi, tapi hanya rugi -0.3% dari modal!

Ruginya tidak akan terlalu parah!

.

Oke mungkin anda penasaran, bagaimana seandainya risk-reward ratio 1 banding 1 alias cutloss -3% trus take profit +3%.

Hasilnya bakal sangat parah...

Bisa anda lihat diatas, dibutuhkan win rate 60% yakni setara dengan trader profesional untuk untung dari trading saham dengan risk-reward ratio 1 banding 1.

Sedangkan dengan risk-reward ratio 1 banding 2 hanya butuh winrate 40% saja.

.

Mungkin ada yang berpikir, bukannya pakai jurus teknikal bisa mempertinggi kemungkinan untuk untung di saham?

Misalnya masuk pas double bottom, masuk pas pola bullish reversal, atau pakai jurus-jurus pamungkas lain yang bisa untung di saham.

Memang betul Adam Khoo juga bilang begitu, jika kita masuk saat pola saham sedang bullish itu bisa mempertinggi chance menang trading.

Tapi pertanyaannya, seberapa yakin anda pola itu akan berhasil?

Apakah anda sudah sehebat trader profesional?

Bahkan menurut statistik diatas, dibutuhkan 60% win rate bagi trader profesional untuk untung dari trading saham jika pakai risk-reward ratio 1 banding 1.

Makanya risk-reward ratio harus minimal 1 banding 2, karena hanya butuh win rate 40% saja untuk untung di saham.

Bayangkan kalau win rate 40% saja sudah bisa untung, bagaimana kalau win rate anda 60% dan anda pakai risk-reward 1 banding 2, wah itu untungnya bakal mantap.

.

Jika anda mau lihat rumus excelnya bisa anda download dari link dibawah ini.

Tap to Visit
https://gofile.io/d/pE4Ozp

Link cadangan kalau diatas ga bisa.

Tap to Visit
https://drive.google.com/file/d/1aB2ITWQHokdjKm5sow4mkyBUqVtZJqYt/view?usp=sharing
RISK REWARD RATIO
Tap to Visit
http://www.mediafire.com/file/tm21vn998wjfqvb/RISK_REWARD_RATIO.xlsx/file

.

Saya sangat menyarankan anda untuk nonton video Adam Khoo soal risk-reward ratio ini, karena ini sangatlah penting tanpa rasio ini lebih baik tidak usah trading saham.

Ada 2 part video Adam Khoo, di video pertama dia menjelaskan konsep risk-reward ratio dan logikanya dengan memakai ilustrasi kasino.

Di video part 2 dia menjelaskan tentang pola-pola teknikal yang bisa mempertinggi chance menang trading, videonya dibawah ini.

Tujuan saya bikin artikel ini adalah untuk membukakan pikiran anda bahwa ada sistem risk-reward ratio yang sangat luar biasa seperti ini.

Awal saya trading saham tidak ada yang memberitahu saya soal ini, saya baru sadar soal ini pas di akhir tahun 2018. Karena pak Adam Khoo bikin video risk-reward ratio ini tahun 2017 dan saya baru tahu youtube beliau pas akhir 2018.

Untuk belajar teknikal dari awal bisa lihat dari website investopedia, isinya sangat lengkap sekali.

Technical Analysis of Stocks and Trends
Technical analysis of stocks and trends is the study of historical market data, including price and volume, to predict future market behavior.
Tap to Visit
https://www.investopedia.com/terms/t/technical-analysis-of-stocks-and-trends.asp

Disana juga dijelaskan berbagai pola teknikal untuk mendeteksi apakah sahamnya mau balik arah jadi uptrend atau downtrend.

Pola diatas bisa meningkatkan win rate trading dan sangat penting dipelajari jika anda ingin jadi trader saham yang hebat.

Saya butuh waktu 2 tahun lebih untuk memahami konsep risk-reward ratio ini.

Setidaknya dengan saya buatkan artikel ini anda tidak perlu buang waktu 2 tahun untuk sadar bahwa konsep risk-reward ratio 1 banding 2 ini sangat penting.

Andaikan 3 tahun yang lalu saya sudah ketemu semua ilmu ini pastinya kehidupan trading saham saya bakal sangat berbeda jauh, tidak perlu sampai nyangkut dan rugi parah di saham.

.

Saya juga ada ilmu teknikal untuk meningkatkan win rate, seperti contohnya:

1. Cara tahu Saham sudah berhenti Uptrend

Tap to Visit
https://trakteer.id/saham707/showcase/cara-mudah-tahu-suatu-saham-sudah-berhenti-uptrend-teknikal-gksKq

2. Cara tahu Saham sudah berhenti Downtrend

Tap to Visit
https://trakteer.id/saham707/showcase/tanda-tanda-saham-berhenti-downtrend-buat-mengurangi-resiko-habis-beli-trus-turun-lagi-TgFGf

3. Cara trading di Saham Sideways

Tap to Visit
https://trakteer.id/saham707/showcase/cara-trading-di-saham-sideways-ol3S8

Pada intinya semua ilmu teknikal yang anda pelajari berfungsi untuk meningkatkan win rate di saham, tapi jika dasarnya memakai risk-reward ratio yang salah alias 1 banding 1, ya hasil akhirnya bakal tidak maksimal.

Apapun tekniknya risk-reward ratio harus minimal 1 banding 2.

Bagaimana dengan AVERAGE DOWN apakah dalam trading boleh average down?

Menurut saya average down hanya cocok buat investasi, kalau trading ya WAJIB CUTLOSS! Sebisa mungkin trading jangan average down jadi kalau support jebol ya langsung cutloss.

Sekian ilmu risk-reward ratio ini semoga anda bisa mengembangkannya sesuai style anda sendiri, terima kasih 🙂

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Saham dari awal untuk pemula